Diskusi multipihak Kementerian LHK, APHI dengan National Forestry Cooperatives Federation (NFCF) pada hari ini, Senin (17/09) di Jakarta menghasilkan beberapa point penting diantaranya  investor dari Korea ingin melihat peluang baru investasi di sektor Kehutanan Indonesia. Tidak terbatas mengenai biomass energi, melainkan juga prospek bisnis yg lainnya, seperti ecotourism/ekowisata. Menurut Hudoyo, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi, terkait biomass energi ini, sudah ada 32 unit manajemen HTI yang telah berkomitmen untuk menjadi Hutan Energi. “Dari 32 unit manajemen HTI yang berkomitmen menjadi hutan energi, 10 unit diantaranya memang dari awal ijinnya sudah hutan energi” kata Hudoyo.

Sejalan dengan pernyataan Hudoyo, Wakil Ketua Umum APHI, Iman Santoso menyatakan bahwa APHI mengharapkan perluasan investasi di sektor kehutanan, tidak terbatas terkait kayu saja, tetapi juga aspek bisnis lainnya yang masih terkait dengan forestry. Sementara wakil APHI lainnya, dari Wakil Ketua Bidang Produksi Hutan Alam, Bambang Widyantoro menyatakan bahwa belum berjalannya bisnis renewable energy, khususnya dari biomass di Indonesia, seperti wood pellet karena harga jual belum sebanding dengan production cost. “Perlu ada dorongan dan upaya khusus agar bisnis ini bisa berjalan dan memenuhi aspek kelayakan ekonomi” pungkas Bambang.

Menindaklanjuti pertemuan ini, pada awal November 2018 akan dilaksanakan workshop, yang dikoordinasikan oleh National Forestry Cooperative Federation, yang didukung oleh Korea Indonesia Forestry Cooperative (KIFC), bersama Kementerian LHK. Menarik untuk disimak lebih lanjut.