Peranan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sangat vital dalam menciptakan SDM tingkat Menengah Kehutanan yang unggul. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Sumber Daya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Diklat SDM LHK), Novia Widyaningtyas, pada sambutan pembukaan Lokakarya Pengembangan SMK Kehutanan dengan tema “Kreasi dan Inovasi Dalam Memasuki Revolusi Industri 4.0 dan Paradigma Baru Pembangunan Kehutanan” yang diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Negeri Makassar di Aula sekolah tersebut, Selasa (29/10).

Lokakarya pengembangan SMK Kehutanan ini menjadi sangat penting dan relevan dengan upaya pemerintah memprioritaskan peningkatan kualitas SDM berkualitas di masa depan. “Mengutip arahan Presiden Jokowi, bahwa dalam RAPBN 2020 terutama diprioritaskan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia, baik melalui pendidikan, kesehatan dan pelatihan-pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kebutuhan industri” ujar Novia.

Novia menyatakan bahwa strategi pengembangan SDM LHK yang akan dilakukan yaitu membangun SDM yang kompeten dan berdaya saing. “Dalam rangka mengisi tenaga pelaksana lapangan yang handal, siap mental, dan memiliki karakter disiplin tinggi, salah satunya diupayakan melalui pendidikan dan pelatihan vokasi pendidikan menengah kehutanan” imbuh Novia.

Kapus Diklat SDM LHK mengharapkan kepada para pengusaha hutan siap menerima lulusan SMK Kehutanan sebagai tenaga menengah untuk membangun hutan dan produk hasil hutan yang berkualitas dan berdaya saing. “Pada akhirnya semuanya ini dalam rangka menghadapi era revolusi Industri 4.0 dan paradigma baru pembangunan Kehutanan” ujar Novia.

Sementara itu, narasumber dari Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan, Herry Sumartono, menyampaikan issue strategi prioritas revitalisasi SMK saat ini meliputi 1) Penyelarasan dan pemutakhiran kurikulum; 2) Inovasi pembelajaran; 3) Pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan; 4) Pemitraan SMK dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) dan perguruan tinggi; 5) Standarisasi sarana dan prasarana utama; dan 6) Penataan/pengelolaan kelembagaan.

Lebih lanjut Herry menyatakan bahwa untuk menyiapkan tenaga kerja terampil di era revolusi industri 4.0 perlu dilakukan revitalisasi dalam beberapa hal diantaranya sumber daya manusia (peserta didik), sistem informasi managemen (IT) dan kerjasama dengan dunia usaha (lokal, nasional dan internasional). “Kerjasama dengan dunia usaha ini menjadi penting karena kita harus cepat menyesuaikan kurikulum berbasis industri dan RPS berbasis teaching factory” ujar Herry.

Selain itu juga perlu dilakukan pembenahan sarana, prasarana, uji sertifikasi/standarisasi kompetensi keahlian, e-report skill. “Yang tidak kalah penting perlu mengupayakan untuk dapat mengangkat kearifan lokal menjadi keunggulan global” sebut Herry.

Pada kesempatan yang sama, narasumber dari dunia usaha Kehutanan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Produksi Hutan Alam, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, Bambang Widyantoro, menyatakan bahwa peluang kerja baik di pengusahaan hutan alam, hutan tanaman, restorasi ekosistem, serta industri pengolahan hasil hutan masih sangat terbuka khususnya bagi lulusan SMK Kehutanan. “Hampir di seluruh aspek dan segmen pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, produksi, litbang, pembinaan hutan maupun kelola sosial & Lingkungan masih sangat membutuhkan tenaga teknis lulusan SMK Kehutanan melalui pelatihan/peningkatan kualitas SDM” ujar Bambang.

Lebih lanjut Bambang menyatakan bahwa sampai saat ini perusahaan juga masih banyak kekurangan tenaga teknis dan tenaga kerja menengah kehutanan. “Kekurangan tenaga kerja menengah ini mencapai sekitar 3.200 orang pada berbagai tingkatan pekerjaan sektor kehutanan” kata Bambang.

Lulusan SMK Kehutanan menjadi solusi atas kekurangan tenaga kerja menengah dan juga tenaga teknis kehutanan yang dipersyaratkan pemerintah. “Tenaga kerja dari lulusan SMK Kehutanan yang telah bekerja minimal 1 tahun bisa diikutkan Diklat GANIS PHPL sesuai persyaratan Kurikulum/Silabus Diklat GANIS PHPL” sebut Bambang.

Peluang kehutanan kedepan berdasarkan penghitungan pada roadmap pembangunan hutan produksi 2019-2045, maka pada tahun 2045 devisa akan meningkat 11x lipat dari nilai saat ini yang mencapai 12 miliar US Dollar. “Ke depan (hingga 2045) terdapat potensi penyerapan tenaga kerja langsung yang mencapai 7,8 juta orang, termasuk dari SMK Kehutanan. Jumlah ini untuk pengelolaan hasil hutan kayu, pengembangan usaha HHBK dan jasa lingkungan pada IUPHHK” imbuh Bambang.

Namun demikian, kata kuncinya adalah pengusahaan hutan yang sehat, lestari dan kompetitif. “Untuk itu diperlukan terobosan kebijakan Pemerintah dalam rangka meningkatkan kinerja usaha sektor kehutanan baik di hulu maupun di hilir yang akan berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja” pungkas Bambang. (*)