Defisit neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 yang mencapai 2,5 miliar dolar AS, lebih besar dibanding dengan defisit pada periode yang sama di tahun lalu, yakni 1,63 miliar dolar AS. Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama dan perlu dipikirkan langkah-langkah solusinya dalam jangka pendek – menengah. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo pada sambutan pada acara peresmian kantor Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) di Jakarta, pada Rabu (19/05).

Peresmian kantor APHI yang berlokasi di komplek Simprug Gallery ini dihadiri oleh Sekjen KLHK dan para Direktur lingkup Direktorat PHPL KLHK, para Ketua Asosiasi Kehutanan (APKINDO, ISWA, APKI, HIMKI), Badan Penasehat – Dewan Pengawas – Dewan Pengurus dan Komda APHI, Institusi/lembaga mitra diantaranya dari TNC, Kemitraan, TBI, USAID dan juga dihadiri para pengusaha anggota APHI.

Lebih lanjut Indroyono menjelaskan, dalam jangka pendek, solusi yang sangat memungkinkan adalah dengan mengoptimasikan pemanfaatan sumber daya alam dan mendorong ekspor, khususnya dari hasil hutan kayu. “Produk hasil hutan kayu menjadi strategis karena bahan bakunya seluruhnya tersedia di dalam negeri, kandungan lokal seratus persen dan tidak perlu impor barang modal” ujar Indroyono.

Keikutsertaan APHI pada berbagai forum internasional, diantaranya pertemuan Ke-60 Komite Penasehat Industri Kehutanan Berkelanjutan (ACSFI), sebuah lembaga dibawah Organisasi Pangan dan Pertanian PBB – UN FAO di Vancouver – Canada dan juga menggelar pertemuan dengan industriawan perkayuan Korea di Seoul serta melakukan studi banding ke Vietnam. “Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh kesepakatan untuk menjajagi relokasi industri hulu kehutanan, utamanya plywood, dari Tiongkok ke Indonesia dalam rangka mengantisipasi perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat” sebut Indroyono.

Dari Pertemuan bisnis dengan pelaku industri di Vietnam, Indroyono menegaskan bahwa terdapat potensi ekspor produk kayu olahan dari Indonesia ke Vietnam senilai 2,4 miliar dollar AS, berupa moulding dari kayu Hutan Tanaman Industri Akasia dan kayu gergajian dari jenis karet. ”Nilai ekspor produk kayu olahan Indonesia ke Vietnam tahun 2018 baru mencapai 275 juta dollar AS, berarti masih terbuka pasar yang lebar ke Vietnam,”ujar Indroyono.

Dari analisa dan perhitungan APHI terhadap ketersediaan pasokan kayu, terdapat potensi kayu olahan Hutan Tanaman Industri non-pulp dalam bentuk moulding sebesar 3,3 juta m3/tahun dengan nilai sebesar 1 miliar dollar AS. Selain itu, terdapat pula potensi kayu dari replanting karet yang ditanam rakyat untuk bahan baku kayu gergajian sebesar 3,4 juta m3/tahun dengan nilai 1 miliar dollar AS. “Jika potensi ini dapat dioptimasikan, akan berkontribusi cukup signifikan untuk mengurangi defisit neraca berjalan perdagangan RI,” imbuh Indroyono.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendroyono menyatakan apresiasi atas diresmikannya kantor APHI yang baru. “APHI tidak pindah, melainkan hijrah” sebut Bambang.

Menurut Bambang, hijrah yang dimaksud adalah keluar dari hal-hal yang buruk kepada hal-hal yang baik. “Kantor yang baru semoga dengan semangat yang baru dan lebih baik lagi untuk membangkitkan kembali kejayaan sektor usaha kehutanan kedepan” sebut Bambang.

Pada pidato pengarahannya, Bambang menyebutkan beberapa hal pokok yang menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini. Yang pertama dan merupakan hal pokok adalah kepastian kawasan. “Kepastian kawasan ini sangat penting, dan terkait aspek hukum, oleh karena itu perlu diwujudkan dalam bentuk tata batas temu gelang” kata Bambang.

Yang kedua, menurut Bambang adalah produktifitas kawasan hutan. Berbagai upaya teknik silvikultur salah satunya teknik silvikultur intensif telah dikembangkan oleh pakar dalam rangka peningkatan produktifitas hutan. “Tinggal bagaimana mendorong peningkatan produktifitas ini melalui kemudahan dan insentif yang dapat diberikan kepada unit management” ujar Bambang.

Selanjutnya, yang penting juga adalah optimalisasi hutan dan diversifikasi produk, baik di hutan alam, hutan tanaman, maupun restorasi ekosistem. “Melalui kombinasi produk kayu dan non kayu, termasuk agroforestry yang cantumkan pada RKU, diharapkan hasil yang akan diperoleh menjadi lebih optimal” sebut Bambang.

Peresmian kantor APHI yang berada di komplek Simprug Gallery, Jakarta Selatan ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo bersama Ketua Dewan Pengawas, Sugiono. (*)